DEMAM BERDARAH DENGUE
DEFINISI
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam
akut yang disebabkan oleh virus Dengue
ETIOLOGI
Virus Dengue, dari golongan
Flaviviridae.
Ada 4 serotype virus Dengue yang dikenal, yaitu Den 1, Den 2, Den 3 dan
Den 4
EPIDEMIOLOGIS
DBD sampai saat ini masih merupakan
masalah kesehatan,terutama di daerah beriklim tropis. Di Indonesia pada tahun
1995-1997 dilaporkan proporsi kasus DBD menurut kelompok umur telah bergeser
menjadi lebih banyak djumpai pada kelompok umur lebih dari 15 tahun. Di Bali, DBD
ditemukan hampir sepanjang tahun. Dalam kurun waktu 1 tahun (April 2001 – Maret
2002) ada 1830 kasus DBD yang dirawat di ruang rawat inap bagian Penyakit Dalam
Rumah Sakit Sanglah, 50,88% dari kelompok usia 25-44 tahun.3
Virus
Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus
betina
PATOGENENESIS
Ada beberapa teori tentang patogenesis terjadinya
DBD, seperti teori virulensi, teori antigen antibody dan teori mediator. Tetapi
teori infeksi sekunder (secondary
heterologous infection) sampai saat ini masih merupakan teori yang banyak
dianut.
MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi dalam tubuh manusia
berkisar 4-6 hari (rentang 3 -14 hari).
Gejala klinis DBD sangat bervariasi, dari yang
ringan atau asimptomatik sampai yang berat dengan syok atau perdarahan, bahkan
mungkin dengan kematian. Perjalanan penyakitnya secara klinis sangat sulit
diduga (unpredictable).1-4
DIAGNOSIS
Demam
Dengue (DD) merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, yang ditandai dengan
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
- Sakit kepala
- Mialgia/artralgia
- Nyeri retroorbita
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan (petekie atau uji tourniquet positif)
- lekopenia
Diagnosis klinis
DBD, bila ditemukan 2 kriteria klinis ditambah trombositopenia dengan atau
tanpa hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit.sebagai berikut :2
Kriteria klinis
1.
Demam mendadak tinggi terus
menerus, tanpa sebab yang jelas selama 2-7 hari
2.
Terdapat manifestasi
perdarahan, seperti uji tourniquet (tes Rumple Leed) posisi Petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematesis melana, hematuria.
3.
Pembesaran hati (hepatomegali)
4.
Tanpa atau dengan gejala-gejala
syok, seperti :
a. Nadi
lemah, cepat dan kecil sampai tidak teraba
b. Tekanan nadi turun menjadi 20 mmHg atau
kurang
c. Kulit teraba dingin dan lembab, tertutama di
daerah akral seperti ujung hidung, jari tangan dan kaki
d. Sianosis di sekitar mulut, ujung jari tangan
dan kaki.
Kriteria laboratories
1. Trombositopenia (trombosit
100.000/mm3 atau kurang)
2.
Hemokonsentrasi (adanya
peningkatan hematokrit > 20%)
Klasifikasi derajat penyakit
DBD menurut WHO (1997)1
1. Derajat I :demam tinggi yang disertai gejala klinis
yang tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan, adalah uji tourniquet
positif.
2. Derajat II : seperti derajat I, tetapi disertai
perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan nyata lain (petekie, perdarahan
gusi, perdarahan hidung hematemesis melana).
3. Derajat III :seperti derajat II yang disertai tanda
adanya kegagalan sirkulasi yaitu : denyut nadi yang cepat dan kecil, tekanan
nadi menurun atau hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit menjadi dingin dan
lembab, penderita tampak gelisah.
4. Derajat IV : sudah terjadi syok (profound shock)
dimana nadi tidak teraba dan tekana darah tidak terukur.
Pemeriksaan
penunjang lainnya yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosa DBD antara lain
:
Laboratorium
1.
konfirmasi diagnosis klinis :
a.
Isolasi virus Dengue.
b.
Pemeriksaan serologi, seperti
tes hemaglutinasi inhibis, tes fiksasi komplemen, tes netralisasi, ELISA.
c.
PCR (polymerase chain reaction)
2.
pemeriksaan laboratorium
lain:
Tabel Gambaran hasil pemeriksaan
laboratorium (N= 1830)
Pemeriksaan laboratorium
|
Persentase
|
Hemokonsentrasi
|
77.2
|
Trombositopenia (PLT < 100.000/mm3
|
98.6
|
Leukopenia
|
55.6
|
Leukositosis
|
1,4
|
Peningkatan SGOT
|
30,9
|
Peningkatan SGPT
|
15,9
|
Radiologi
Foto toraks atau USG
abdomen untuk melihat adanya efusi pleura, efusi perikard dilatasi pembuluh
darah paru, hepatomegali, asites atau adanya cairan di dalam ringga peritoneum
dan penebalan dinding kandung empedu.3-5
Diagnosis Banding
1.
Morbili
2.
Chikngunya
3.
demam tifoid
4.
leptospirosis
KOMPLIKASI
1.
DIC
2.
Ensefalopaty
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan DBD
tergantung pada derajat berat kasus. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes
R.I.) telah mengeluarkan protokol penatalaksanaan sebaga
berikut:.1-2
1. Protokol 1: observasi dan pemberian cairan
di ruang observasi pada Tersangka DBD Dewasa.
![]() |
Protokol 1 DBD |
2. Protokol 2: Observasi dan pemberian cairan
di ruang rawat pada DBD Dewasa tanpa perdarahan dan tanpa syok
![]() |
Protokol 2 DBD |
3. Protokol 3: Observasi dan pemberian cairan
di ruang rawat pada DBD Dewasa dengan perdarahan spontan/masif dan tanpa syok
![]() |
Protokol 3 DBD |
4. Protokol 4: Penatalaksanaa DBD Dewasa
dengan perdarahan spontan/masif dan
dengan syok
![]() |
Protokol 4 DBD |
Pemberian cairan Ringer Laktat
(RL) jumlah dan kecepatannya tepat seperti keadaan DBD tanpa renjatan 500 ml/4
jam. Tetapi pemeriksaan Hb, Ht, trombosit serta kalau perlu tes hemostase harus
segera dilakukan dan sebaiknya diulang setiap 4-6 jam, serta waspada terhadap
adanya tanda-tanda renjatan (syok).1,2
Bila tedapat perdarahan yang
disertai tanda-tanda KID (koagulasi intracaskular diseminata) seperti masa
protrombin, APTT (activated partial thromboplastin time) dan masa trombin yang
memanjang, D-Dimer abnormal, FDP
(fibrin degradation product) positif pemberian
heparin dapat dipertimbangkan, meskipun sampai saat ini pemberian heparin pada
DBD masih kontroversial.4
Transfusi komponen darah dapat diberikan sesuai dengan
indikasi.
Renjatan sebaiknya dapat
diatasi dalam 30 menit. Pada fase awal RL dapat diberikan 20 ml/ kgBB/
jam. Bila renjatan teratasi, maka RL
selanjutnya dapat 10 ml/kgBB/jam.2 Bila hemodinamik masih belum
stabil dengan nilai Ht > 30 vol% dianjurkan pemberian cairan kombinasi
kristaloid dan koloid dengan perbandingan 4:1 atau 3:1. Cairan koloid seperti
Dextran atau HES (hydroxyl ethyl starch)
diberikan dengan tetesan 10-20 ml/kgBB/jam dan dibatasi maksimal 1-1,5
liter/hari.2
Bila Ht < 30 vol%
dianjurkan pemberian transfusi sel darah merah (packed red cell) dan komponen darah lainnya dapat diberikan sesuai
dengan indikasi.2
Transfusi komponen darah pada DBD
Pada DBD transfusi baru
diberikan bila terjadi perdarahan spontan dan massif dengan jumlah perdarahan
sebanyak 4-5 ml/kgBB/jam. Prioritaskan atau dahulukan pemberian cairan seperti
RL atau NaC1 0,9% untuk mengembalikan volume sirkulasi sementara menunggu
datangnya komponen darah untuk transfusi.2,10
A. Transfusi PRC (Packed Red Cell)
Diberikan
bila :
a)
Ada perdarahan
spontan dan massif seperti hematesis melena, epistaksis yang tidak terkendali,
sehingga memerlukan tamponade.
b)
Ht < 30 vol% dan penderita
masih dalam renjatan.
c)
Penderita jauh kembali dalam
renjatan
d)
Kehilangan > 30-50% volume
darah, Hb menjadi < 8-10 g/gl atau Ht < 20-25 vol%.
e) Perdarahan spontan dengan Hb < 10 g/gl.
B. Transfusi
trombosit
Hanya diberikan pada DBD
dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000/mm3.
C. Transfusi plasma segar beku (Fresh Frozen Plasma = FFP)
Pada DBD dengan perdarahan
sedikit-sedikit atau terdapat tanda-tanda definisi faktor-faktor pembekuan
seperti masa protrombin atau APTT yang memanjang dapat diberikan transfusi FFP.
DAFTAR RUJUKAN
1. Hadinegoro SRH. Satari HI.
Demam Berdarah Dengue. Naskah lengkap pelatihan bagi Dokter Spesialis Anak
& Dokter Spesialis Penyakit Dalam Tatalaksana Kasuis DBD. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2000.
2. Zulkarnain I, Tambunan KL,
Nelwan RHH. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Dewasa di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dalam Naskah
Lengkap Demam Berdarah Dengue. Jakarta
: Balai Pustaka FKUI; 2000.p. 150-66.
3. Mahendra
IB, Biran SI, Merati TP. Studi Epidemiologis Demam Berdarah Dengue pada Orang
Dewasa di RS Sanglah Denpasar. Disampaikan pada Konas
PETRI VIII Malang, 2002.
4. Mahendra
IB, Merati TP, Biran SI. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Lama Rawat
Inap Penderita Infeksi Virus Dengue di Bagian Penyakit Dalam RS Sanglah
Denpasar. Disampaikan pada Konas PETRI IX Manado, 2003.
5.
Manson-Bahr PEC. Dengue Fever
in Manson’s Tropical Disease, Edisi 19. In : Bell DR, editor. London : Bailliere Rindall; 1986. 1132-5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar