Reumatologi & Alergi Imunologi


ARTRITIS PIRAI (GOUT)

BATASAN 
            Artritis Pirai (AP) adalah salah satu kelainan metabolisme asam urat ditandai dengan adanya  endapan kristal mono sodium urat pada jaringan sendi terutama pada ibu jari kaki. Artritis Pirai merupakan kelompok penyakit heterogen akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler.
            Gout atau pirai adalah merupakan kumpulan penyakit akibat metabolisme asam urat yang manifestasinya dapat berupa :
1.     Hiperurikemia asimptomatis
2.     Artritis pirai
3.     Topi atau penumpukan kristal urat pada jaringan
4.     Nefropati asam urat
5.     Batu asam  urat di ginjal
            Kejadian AP terbanyak (90%) pada pria. Pada wanita umurnya terjadi setelah menopause. Prevalensi gout cenderung terjadi pada usia yang lebih muda, terutama setelah usia empatpuluhan, terbanyak pada pria.

ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
            Asam urat  adalah hasil dari metabolisme purin, dua pertiga akan dikeluarkan melalui ginjal, dan sepertiga melalui saluran cerna. Hiperurikemia adalah meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hiperurikemia dapat disebabkan oleh faktor genetik atau dapatan.

Tabel : Klasifikasi hiperurisemia dan Gout

Tipe
Kelainan Metabolik
Keturunan
1.Primer
-       Kelainan molekuler yg belum jelas (99% gout primer)
o  undeexcretion (80-90 %)
o  overproduction (10-20%)
-      kelainan enzim spesifik (<1%)
o  aktivitas varian PRPP sintetase
o  Kekurangan sebagian enzim HPRT





Belum jelas
Belum jelas

Overproduction AU, peningkatan PP-ribosa-P
Overproduction AU, Peningkatan biosintesis de novo karena peningkatan jumlah PRPP (Sindrom Kelly-Seegmiller)



Poligenik
Poligenik

X-linked

X-linked



2.Sekunder
-      Peningkatan biosintesis de novo
o  Kekurangan seluruh enzim HPRT

o  Kekurangan enzim glucosa-6-phosphatase

o  Kekurangan enzim fructose-1-phosphate aldolase
-      Peningkatan degradasi ATP, peningkatan pemecahan asam nukleat
-      Underexcretion AU pada ginjal





Overproduction AU, Peningkatan biosintesis de novo (Sindrom Lesch-Nyhan)
Overproduction & underexcretion AU pada glycogen storage ds tipe I (Von Gierke)
Overproduction & underexcretion AU
Overproduction AU, pd hemolisis kronis, polisitemia, myeloid metaplasia
Penurunan filtrasi, hambatan sekresi tubulus dan atau perubahan resorbsi AU


X-linked


Autocomal Recessive


Autocomal Recessive

Bukan keturunan


Autosomal dominan belum banyak diketahui
3.Idiopatik

Tidak diketahui

Tiga fase dalam terjadinya pirai atau gout yaitu AP Akut, AP Interkritik dan AP Kronis. Hiperurikemia asimtomatis yaitu terjadi peningkatan asam urat darah tanpa adanya kelainan klinis.
Patofisiologi terjadi AP Akut mengikuti 5 fase, yaitu :
1.     Presipitasi dari kristal Mono Sodium Urat (MSU)
Merupakan awal serangan akut AP. Kristal MSU diselubungi oleh protein (IgG) yang merangsang aktivitas leukosit.
2.     Reaksi dari leukosit
    Presipitasi kristal merupakan faktor kemotaksis untuk reaksi mengumpulnya leukosit pada kristal MSU
3.     Pagositosis oleh PMN
      Leukosit memfagositosis kristal dan lisosom mengikat kristal MSU
4.     Pecahnya lisosom
Lisosom tidak mampu menghancurkan kristal, menimbulkan pecahnya membran lisosom sehingga keluar enzym dan superoksid ke sitoplasma leukosit, yang menyebabkan  kerusakan sel leukosit.
5.     Kerusakan dari sel leukosit
Akibat kerusakan leukosit, enzym lisosom dan zat mediator lain keluar ke jaringan sendi sehingga terjadi keradangan akut.

    Faktor pencetus untuk terjadi serangan AP Akut dapat terjadi akibat perubahan kadar asam urat darah secara tiba-tiba, baik peningkatan atau penurunan, yang menyebabkan perubahan konsentrasi kristal asam urat dalam jaringan sinovium atau tulang rawan dengan kristal asam urat pada cairan sendi. Perubahan ini menyebabkan melarutnya kristal asam urat ke dalam cairan sendi sehingga berlanjut menjadi serangan artritis akut
Faktor pencetus tersebut dapat terjadi akibat :
1.     Diet alkohol atau tinggi purin
2.     Trauma lokal
3.     Operasi
4.     Infeksi
5.     Pengobatan yang tidak berkelanjutan atau perubahan kadar asam urat darah yang tiba- tiba karena pemberian obat dosis tinggi
6.     Stres
  

Kelainan Patologis
1.     Cairan sendi
      Mengandung kristal MSU berbentuk runcing, peningkatan jumlah leukosit tergantung  tingkat keradangan. Sering terlihat kristal MSU dalam leukosit yang dilihat dengan pemeriksaan mikroskop lapangan gelap dan flouresensi
2.     Tulang rawan dan jaringan sekitar sendi
      Merupakan tempat penumpukan kristal MSU dengan infiltrasi seluler dan tanda
      keradangan lainnya.
Penumpukan kristal menyebabkan pembentukan nidus dengan besar yang bervariasi dari  yang terlihat secara mikroskopik sampai yang besar disebut topi. Topi pada 
      jaringan avaskuler (kartilago) tanpa adanya reaksi infiltrasi seluler.Topi biasanya 
      terdapat pada sinovium, tulang subkhondral, bursa olekranon, tendon intrapatela, 
      jaringan subkutan yang sering kena tekanan dan permukaan sendi.
3.     Jaringan diluar sendi
      Dapat terjadi penumpukan kristal berupa topi pada kelep jantung atau pita suara dan lain-lain walaupun jarang. Pada ginjal terjadi penumpukan kristal pada jaringan interstisial (nefropati urat) dan nefropati asam urat serta  pada saluran kencing (batu urat).

GEJALA KLINIS
Gejala klinis AP dapat dibagi 3 stadium :
a.       Stadium Akut
Terjadi artritis akut dengan keluhan nyeri sendi akut, yang didahului adanya faktor pencetus. Pada pemeriksaan fisik terdapat pembengkakan sendi, kemerahan, nyeri tekan, teraba hangat pada sendi monoartikuler, terutama pada sendi metatarsophalangeal I (Podagra). Sering bersama febris. Faktor pencetus serangan akut antara lain trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, obat diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat. Gejala akut ini dapat hilang sendiri dalam beberapa hari
b.      Stadium Interkritik (Stadium Interval)
Stadium diantara serangan akut, tanpa adanya keluhan. Pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat.
c.       Stadium Kronis dengan pembentukan topi.
Akibat hiperurikemia yang lama terjadi kelainan berupa oligo atau poliartritis, kecacatan sendi, pembentukan topi, kelainan ginjal. Kecacatan sendi dapat terjadi karena erosi dari tulang rawan dan tulang subkhondral akibat penumpukan kristal setempat atau akibat keradangan kronis. Akibat pembentukan topi dapat menyebabkan kerusakan tendon sehingga menyebabkan kecacatan bentuk sendi terutama pada MTP-I, olekranon, tendon Achilles dan jari tangan.. Komplikasi dan kelainan yang sering bersama gout antara lain kelainan parenkim ginjal (nefropati urat), batu urat, hipertensi, aterosklerosis jantung dan otak, diabetes mellitus dan hiperlipidemia.
 
Podagra
 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis
1.     Laboratorium
a. Darah lengkap, terdapat peningkatan LED dan leukosit. Hitung leukosit biasanya tidak lebih dari 15.000/mm.
b.     Asam urat darah
Terjadi hiperurikemia, namun kadar asam urat tidak mrupakan diagnosis pasti untuk AP akut  karena sering saat serangan akut kadarnya masih dalam batas normal atau malah rendah.
c.       Pemeriksaan lain, seperti  fungsi ginjal, gula darah atau kadar lipid darah.
d.    Pemeriksaan  urine rutin, terutama pemeriksaan asam urat dalam urine 24 jam dan kreatinin urin 24 jam yang penting untuk  mencari faktor penyebab kelebihan produksi asam urat dan pemilihan pemberian obat urikosurik.
e.       Pemeriksaan cairan sendi
Dengan pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau mikroskop dengan teknik polarisasi terlihat kristal MSU yang runcing. Terjadi peningkatan jumlah leukosit cairan sendi. Leukosit cairan sendi biasanya antara 5000 – 50.000/mm3, dominan netrofil. 5

2.     Pemeriksaan radiologis
      Pada fase awal sering pemeriksaan radiologis dalam batas normal atau hanya terlihat pembengkakan jaringan lunak sekitar sendi. Pada stadium lanjut terlihat erosi dari tulang (punched out lession). Kelainan topi dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak yang ireguler dan sering dengan kalsifikasi.


DIAGNOSIS
  Diagnosis AP ditegakkan berdasarkan kriteria “The American Rheumatism Association, Sub Commitee on Classification Criteria for Gout” (1997), yaitu :

a.       Terdapat kristal urat pada cairan sendi, dan atau
b.      Terdapat kristal urat pada topi yang secara kimiawi atau secara mikroskop cahaya dengan teknik polarisasi  dan atau
c.       Memenuhi paling sedikit 6 butir dari 12 kriteria dibawah ini
  1. Peradangan memuncak dalam waktu sehari
  2. Serangan artritis akut lebih dari satu kali
  3. Artritis monoartikuler
  4. Kemerahan sekitar sendi
  5. Nyeri atau pembengkakan sendi metatarso-phalangeal I
  6. Serangan sendi metatarso-phalangeal I unilateral
  7. Serangan sendi tarsal unilateral
  8. Dugaan adanya topi
  9. Hiperurikemia
  10. Foto sendi terlihat pembengkakan asimetris
  11. Foto sendi terlihat kista subkortikal tanpa erosi
  12. Kultur cairan sendi tanpa pertumbuhan kuman.

Diagnosis banding
            Pada keadaan akut perlu didiagnosa banding dengan artritis pseudogout atau artritis septik. Pada keadaan kronis terutama dengan topi dan mengenai sendi kecil sering dikelirukan dengan artritis rematoid.

Prognosis
            Dengan penanganan yang baik, sebagian besar pasien dapat hidup secara normal. Tanpa penanganan akan terjadi artritis dan periartritis kronis, kelainan ginjal (nefropati urat dan batu asam urat) yang berakhir dengan gagal ginjal akut karena nefropati asam urat atau terus berlanjut menjadi gagal ginjal kronis karena nefropati urat.

PENATALAKSANAAN
1.     Pendidikan
1.1. Pengertian bahwa pirai merupakan penyakit kronis sangat dipengaruhi sikap hidup
1.2. Perlu diet berpantang  (diet rendah purin)
       Minum air sedikitnya 2 liter perhari.
2.     Terapi fisik
2.1. Istirahat dan dilanjutkan dengan melakukan gerakan sendi yang bersangkutan  tanpa beban
2.2. Mengurangi nyeri dengan pemanasan, TENS dan lain-lain.
3.     Terapi obat
3.1.  Artritis Pirai Akut
a.      Kolkisin (pilihan utama) 
Penanganan saat ini  dengan pemberian kolkisin mulai dengan dosis rendah untuk mengurangi efek samping. Pemberian kolkisin dosis standar untuk AP akut secara oral 3-4 kali 0,5 – 0,6 mg per hari.
b.     Kombinasi dengan OAINS,
Indometasin 150 – 200mg/hari selama 2-3 hari dilanjutkan 75-100 mg/ hari sampai minggu berikutnya atau sampai nyeri atau keradangan berkurang. 6 Dapat juga dengan OAINS lain.
c.      Kortikosteroid
Bukan pilihan utama. Dapat diberikan secara intraartikuler maupun secara sistemik. Kortikosteroid dan ACTH digunakan apabila kolkisin dan OAINS tidak efektif atau merupakan kontraindikasi. Metilprednisolon intraartikular 80-120 mg dosis tunggal dikatakan juga efektif untuk gout akut. Prednisolon oral dosis awal 30-40 mg /hari yang di tappering setelah 7 – 10 hari juga dikatakan efektif.

            Penanganan AP akut pada pasien dengan kelainan ginjal :
·         Kolkisin diberikan kurang dari satu atau dua kali 0,5 mg sehari pada klirens kreatinin 10-20 ml/mnt atau kreatinin serum 300-700 mmol/L. Harus dihindari bila klirens kreatinin < 10 ml/mnt atau kreatinin serum > 700mmol/L
·         Hindari NSAID tetapi jika diberikan sebaiknya dalam waktu pendek.

3.2.  Penanganan Stadium Interkritik
Tidak memerlukan penanganan khusus, yang penting memantau kadar asam urat darah secara teratur dan dianjurkan minum banyak serta diet rendah purin.
3.3.  Artritis Pirai Kronik
a.      Kolkisin pencegahan
Oral : 0,6 mg sehari atau 2 x sehari. Mencegah serangan akut setelah pemberian alopurinol atau obat urikosurik. Dapat dihentikan setelah 6 bulan, tanpa adanya keluhan.
b.     Obat antihiperurikemia
·      Alupurinol
Menghambat enzim Xantin Oksidase yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat sehingga sintesis asam urat menurun tanpa mempengaruhi eksresi asam urat dalam urin.
·      Urikosurik
Efek : meningkatkan eksresi asam urat melalui urin sehingga kadar asam urat darah menurun.
    Indikasi (semuanya harus ada) :
1.     Usia dibawah 60 tahun
2.     Fungsi ginjal normal (kliren kreatinin lebih dari 80 ml/mnt).
3.     Eksresi asam urat urin kurang dari 800 mg/hari
4.     Tidak terdapat batu ginjal.           
Jenis urikosurik :
1.     Probenesid
      Dosis 250 mg 2 x sehari untuk seminggu, dosis dapat ditingkatkan 500 mg  2-3 x sehari tergantung kadar asam urat darah.
2.     Sulfinpirazon
      Pilihan lain pada kasus yang intoleran terhadap probenesid. Dosis awal 50 mg 2 x sehari untuk seminggu dosis pemeliharaan dapat sampai 100 mg 3-4 x sehari.
c. Kortikosteroid lokal atau intraartikuler dan aspirasi cairan sendi dapat    dicoba   pada penderita dengan sinovitis kronis.

Dianjurkan minum air sedikitnya 2 liter sehari dan apabila perlu diberikan Na Bikarbonas untuk alkalinisasi urin.


DAFTAR PUSTAKA    

1. Becker,M.A, Tate,G., Schumacher,H.R.,Wallace,S.L.,and Singer, J.Z., Gout, In : Primer on Rheumatic Diseases, Ninth Ed., Editor : H.R.Schumacher, Artritis Foundation, Atlanta GA, 1988, pp.195-206.
2.     Emmerson, B.T., Hyperuricaemia and Gout in Clinical Practice, AIDS Health Science Press, Sydney, 1983.
3.     Gout, WHO Technical Report Series, Rheumatic Diseases, Report of a WHO Scientific Group, WHO, Genewa, 1992,pp.55-59.
4.     Scarpa,N.P., and Fields, T.R. Gout, In : Manual of Rheumatology and outpatient Orthopedic Disorder, Editor : S.Paget, P.Pellici and J.F.Beary III, Third Edt., Little,Brown and Company, Boston /Toronto/London, 1993,pp.273-279.
5.     Fields TR. Gout, In : Manual of Rheumatology and outpatient Orthopedic Disorder 5th ed, Editor : Pagets SA, Gibofsky A, Beary III JF, Sculco TP, Little,Brown and Company, Boston /Toronto/London, 2005, pp.328-336.


------------------------------------------------------------------------------------------------









Tidak ada komentar:

Posting Komentar